Di Hadapan Puluhan Ribu Umat Kristiani, Ketua MUI Kota Palu Pidato Tentang Toleransi

Ketua MUI Kota Palu, Prof. Dr. KH. Zainal Abidin, M.Ag, menyampaikan pidato tentang toleransi dan membangun kerukunan, di hadapan puluhan ribu umat Kristiani, pada perayaan Paskah Oikumene gereja - gereja se-Sulteng. FOTO: DOK. MUH. HAJIJI

TATURA UTARA, MERCUSUAR – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Prof. Dr. KH. Zainal Abidin, M.Ag, menyampaikan pidato tentang toleransi dan membangun kerukunan, di hadapan puluhan ribu umat Kristiani, pada perayaan Paskah Oikumene gereja – gereja se-Sulawesi Tengah (Sulteng).

“Perayaan Paskah Oikumene Gereja – Gereja se-Sulawesi Tengah menjadi momentum yang baik untuk memperkuat hubungan sesama manusia, tanpa melihat latar belakang apapun,” kata Prof. Zainal Abidin, Senin (6/5/2024).

Prof. Zainal Abidin yang juga sebagai Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulteng, dilibatkan oleh penyelenggara perayaan Paskah Oikumene, sebagai salah seorang pembicara dalam perayaan Paskah yang berlangsung di Kota Palu dan dihadiri 50 ribu jemaat Kristiani dari berbagai gereja se-Sulteng tersebut.

Di hadapan puluhan ribu umat Kristiani tersebut, tokoh moderat Sulteng itu mengatakan, menurut umat Kristen, Yesus mengajarkan tentang cinta, kasih dan sayang kepada semua umat manusia yang ada di bumi.

Bahkan, ujar dia, menurut umat Kristiani, Yesus rela berkorban yang dibuktikan dengan kerelaannya disalib, sebagai wujud kasih dan sayangnya kepada umatnya.

“Pengorbanan atas keselamatan manusia adalah perekat dan kasihnya kepada umatnya yang lebih besar dari pada mengorbankan diri atas sesama manusia, dan itulah yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus,” ujar Prof. Zainal, yang merupakan Guru Besar sekaligus Pakar Pemikiran Islam Modern di UIN Datokarama.

“Untuk itu Yesus mengundang umat Kristiani untuk menjadi agen cinta dan kasih kepada siapapun yang dijumpa dan tinggal dimana saja,” tambahnya.

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengemukakan, pengorbanan Yesus tersebut menjadi pusat keimanan umat Kristiani.

“Ini menjadi pusat keimanan umat Kristiani. Umat kristiani tidak berbeda secara aqidah dalam hal ini,” ujarnya.

Ajaran kasih sayang Yesus sebut Prof. Zainal, sesungguhnya juga diajarkan oleh semua agama. Di Islam misalnya, kasih dan sayang juga diajarkan oleh agama Islam.

Prof. Zainal mengutip firman Allah pada Surah Al-Maun yang artinya “tahukah kamu orang yang mendustakan agama? itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”.

“Dari Firman Allah ini, kita ketahui, ternyata orang yang mendustakan agama, yaitu bukan orang yang tidak sholat, melainkan orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin,” ujarnya.

Menurut dia, ayat ini mengandung makna tentang mengasihi dan menyayangi sesama manusia, yaitu dengan memberikan makan orang miskin atau menganjurkan orang untuk memberi makan orang miskin, serta tidak menghardik anak yatim. 

“Artinya dalam mengamalkan ajaran Islam, harus dikedepankan nilai – nilai kemanusiaan,” sebutnya. 

Ia menyebut, semua agama mengajarkan tentang mengasihi dan menyayangi. Islam hadir dengan ajaran cinta kedamaian, Kristiani dengan ajaran penuh kasih sayang, Konghuchu sabar dan pengertian, Budha sumber kebajikan, dan Hindu suka ketentraman.

“Memang semua agama tidak sama, karena ada perbedaan yang mendasar. Tapi agama memiliki banyak persamaan. Pahami perbedaan, kedepankan persamaan,” ujarnya. 

Ia menambahkan, Pancasila perekat hidup bangsa. Dengan demikian diharapkan melalui Paskah Oikumene, Sulawesi Tengah akan menjadi provinsi yang aman, damai dan harmonis. */JEF

Pos terkait