PALU, MERCUSUAR – Realisasi bantuan bibit ternak bagi para kelompok masyarakat peternak di Sulteng pada tahun 2020 disebut terkendala akibat adanya pandemi COVID-19.
Hal itu dkatakan Kepala Bidang Peternakan dan Penyuluhan Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Sulteng, Semuel Pongsapan.
Dijelaskannya, kendala tersebut karena anggaran dinas yang bersumber dari APBD tahun 202, sebagian turut dialihkan untuk penanggulangan COVID-19.
“Anggaran sebagian dialihkan untuk penanggulangan pandemi,” kata Semuel di ruang kerjanya, baru-baru ini.
Meski begitu, ia mengungkapkan masih ada beberapa proposal dari masyarakat yang sempat terealisasi, yakni proposal yang telah teken kontrak sebelum adanya keputusan pengalihan anggaran oleh pemerintah.
Pihaknya menerima proposal bantuan bibit ternak, di antaranya sapi, kambing, babi, itik dan ayam.
“Tinggal itu yang direalisasikan, itu yang jalan yang sudah teken kontrak sebelum pengalihan anggaran. Pengawasannya juga tetap jalan, walaupun terbatas karena yang pertama dipangkas itu, kan, biaya perjalanan,” ujarnya.
Terkait peluang realisasi bantuan untuk tahun depan, Semuel belum bisa memastikan, karena informasi mengenai ketersediaan anggaran untuk tahun depan saat ini belum didapatkan.
“Untuk tahun depan belum ada informasi anggaran, biasanya nanti bulan Agustus baru ada info-infonya. Tapi proposal terus masuk, tetap kita rekap, nanti kalau sudah ada anggaran maka kita coba turunkan satu-satu setelah diverifikasi,” jelasnya.
Selain bantuan bibit ternak, kata Semuel, program Inseminasi Buatan (IB) untuk menggenjot pertumbuhan populasi sapi ternak di Sulteng turut terkendala akibat adanya pengalihan anggaran untuk penanganan COVID-19.
Program tersebut terpaksa tidak berjalan untuk sementara di tahun ini, karena anggarannya sudah habis terpangkas.
Akibatnya, target pemerintah untuk mewujudkan sejuta ekor sapi pada tahun 2021 menurutnya sulit tercapai.
“Sulit tercapai sejuta. Sampai saat ini baru ada sekitar 300 ribu sampai 400 ribu ekor. Hitung-hitungannya palingan dengan pengadaan tahun-tahun lalu yang sudah beranak, jatuhnya cuma bisa sekitar 800 ribu ekor. Tapi itu pasti banyak juga yang tidak tercatat, karena keterbatasan petugas kita,” pungkas Semuel. IEA