POSO, MERCUSUAR – Penyalahgunaan ruang siber untuk kepentingan kejahatan bahkan penyebaran radikalisme dan terorisme haruslah ditangkal dan dicegah sedini mungkin. Utamanya di kalangan generasi muda di Tana Poso. Di mana lebih dari satu setengah dekade terakhir akrab dengan konflik antaragama, radikalisme dan terorisme.
Hal ini dipaparkan Danrem 132/Tdl, Brigjen TNI Farid Makruf dalam kegiatan literasi digital antiradikalisme dan antiterorisme di Kampus Universitas Sintuvu Maroso, Poso, Sulteng beberapa waktu lalu.
“Teknologi memang mempermudah kita dalam mengakses segala macam informasi. Kita pun dapat berkomunikasi secara instan, namun kita pun harus menyadari akibat negatif yang ditimbulkan,” Ungkap mantan Kepala Penerangan Kopassus ini.
Berbicara di hadapan tidak kurang dari 200 mahasiswa, Master of Art dari salah satu universitas ternama di Inggris ini menyatakan hal itu mengingat Poso adalah salah satu daerah operasi pemberantasan terorisme di Indonesia.
“Paham radikal dan terorisme mudah disebarkan melalui cyber space, apalagi anak-anak muda, para intelektual muda sehari-harinya memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kepentingan kuliah mereka,” sebutnya
“Stigma Poso sebagai daerah konflik tentu akan membuat investor kuatir menanamkan investasinya di sini, akibatnya roda perekonomian terhambat dan tingkat kesejahteraan rendah,” tambahnya.
Dan menurut dia, tugas para mahasiswa inilah untuk mencegah dan menangkal paham-paham ini, mulai dari diri pribadi, hingga ke lingkungan sekitarnya. IKI/*