Banjir Parigi Hanyutkan Belasan Rumah

FOTO BANJIR PARMOUT

PARMOUT, MERCUSUAR – Belasan unit rumah milik warga di bantaran Sungai Boyantongo di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, hanyut terseret banjir yang melanda wilayah itu.

Berdasarkan data pemerintah desa Boyantongo hingga Minggu (12/7/2020) sore, selain 18 rumah hanyut, masih ada belasan rumah terancam arus sungai. Kondisi itu memaksa  masyarakat membongkar material rumah yang bisa diselamatkan.

Kepala desa Boyantongo  Usman Kampimpi mengatakan bahwa banjir tersebut datang sekitar pukul 21.00 Wita Sabtu (11/7) malam.

“Hujannya cukup deras dimulai pada Pukul 20.00 Wita hingga pukul 03.00 Wita dini hari, sehingga banyak rumah warga yang terkikis air sungai,” akunya.

Dijelaskanya, selain rumah warga turut hanyut juga kapal pencari ikan 20 GT. Sementara sejumlah fasilitas pemerintah desa seperti MCK umum,dua unit tower  air bersih, dan satu unit tower wifi setinggi 38 meter turut hanyut dihantam banjir.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Parigi Moutong, pada pagi hari menyampaikan ada enam rumah yang hanyut terbawa banjir.  “Banjir sudah berlangsung dua hari terakhir, namun puncaknya pada Minggu dini hari menghanyutkan enam unit rumah warga setempat,” kata Sekretaris BPBD Parigi Moutong, Nyoman Adi di Parigi, Minggu (12/7).
Selain enam rumah terdampak, terdapat sekitar 12 unit rumah warga Desa Boyantongo, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, juga terancam hanyut jika sewaktu-waktu terjadi banjir susulan. Tidak ada korban jiwa dari peristiwa itu.
Dia memaparkan saat ini tim BPBD setempat telah membangun posko darurat dan mengevakuasi 18 kepala keluarga yang terdampak. Sejumlah tim lintas sektor telah membantu mendistribusikan bantuan logistik kepada korban banjir.
“Hingga pagi tadi air sudah surut, namun cuaca tidak dapat diprediksi kapan saja bisa hujan. Korban banjir untuk sementara sudah kami evakuasi ke rumah warga yang aman,” ujar Nyoman.
Pemerintah kabupaten setempat sudah bersiaga di posko darurat sebagai upaya antisipasi jika kemungkinan buruk terjadi, karena cuaca di hulu sungai kapan saja bisa berubah dan berpotensi menyebabkan banjir.
Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS III), Dinas Pekerjaan Umum guna menormalisasi sungai sebagai langkah penanganan cepat banjir di kabupaten tersebut.
Dia menambahkan di alur sungai yang sama Desa Olobaru terdapat sejumlah rumah warga juga terancam roboh akibat banjir jika debit air semakin tinggi. Begitu pun di Desa Tindaki di hari yang sama terendam banjir.
“Bibir sungai terjadi longsor akibat kikisan air sehingga jumlah warga ambruk dan terseret arus. Banjir juga membawa material lumpur dan potongan-potongan kayu,” katanya.
Dia mengimbau masyarakat khususnya di bantaran sungai agar berhati-hati dan tetap waspada, karena hujan masih mungkin terjadi.

Lebih Tanggap

Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah Bartholomeus Tandigala berharap jajaran BPBD di seluruh kabupaten/kota  tanggap menghadapi kemungkinan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor karena dalam beberapa hari terakhir dan ke depan, cuaca ekstrem masih membayangi sejumlah wilayah di Sulteng.
“Selama Juli 2020 ini sudah ada beberapa kali terjadi bencana alam di Sulteng,” katanya di Palu, Sabtu.
Banjir bandang pertama kali terjadi pada awal Juli 2020 di Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa yang mengakibatkan jalur darat dari Kota Palu menuju Kulawi, Kabupaten Sigi, tepatnya antara Desa Omu dan Tuva, sempat putus diterjang banjir.
Kemudian beberapa hari lalu, banjir menerjang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Torabelo di Desa Sidera, Kecamatan Sigibiromaru, Kabupaten Sigi. Banjir bandang pada hari yang sama juga menerjang Kabupaten Morowali dan Morowali Utara serta Parigi Moutong.
Banjir bandang yang menerjang Kabupaten Morowali Utara pada Jumat (10/7) mengakibatkan jalur Trans Sulawesi dari Poso menuju Morowali Utara dan Morowali sempat putus selama beberapa jam. Banyak kendaraan bari dari arah Morowali menuju Palu dan sebaliknya sempat terperangkap banjir.
Banjir yang melanda wilayah Morowali Utara dikarenakan air sungai meluap hingga ke badan jalan dan permukiman warga serta lahan pertanian yang ada di sepanjang daerah aliran sungai.
Semua bencana alam banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sulteng, kata Bartholomeus, dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi selama beberapa hari terakhir ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan kondisi cuaca ekstrem dalam beberapa pekan ke depan ini masih akan melanda wilayah Sulteng sehingga diminta masyarakat untuk waspada kemungkinan terjadi kembali banjir dan longsor di wilayah-wilayah yang selama ini rawan bencana alam dan tingkat curah hujannya yang tinggi.
Sigi, kata Bartholomeus, salah satu kabupaten di Sulteng yang memiliki tingkat curah hujan di atas normal sehingga perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Pemerintah melalui jajaran BPBD di seluruh kabupaten/kota di Sulteng tentu telah mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana alam banjir dan tanah longsor di masing-masing daerah dengan menyediakan stok logistik, termasuk bahan makanan dan lainnya untuk disalurkan kepada masyarakat terdampak bencana alam.
Juga menyiapkan tim reaksi cepat (TRC) yang sewaktu-waktu langsung bergerak cepat ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan dan melakukan evakuasi bagi masyarakat yang terdampak banjir.TIN/ANT

Pos terkait