PALU, MERCUSUAR – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad) kembali melaksanakan General Lecture Series (GLS), yang difasilitasi oleh Eurasia Foundation (EAF). General Lecture Series ke 3 ini, dilaksanakan secara virtual melalui Zoom Meeting, Senin (13/3/2023).
GLS ke-3 ini menghadirkan Prof. Tanigaki Mariko, Ph.D dari The University of Tokyo, Jepang, sebagai pembicara. Prof. Tanigaki dalam pemaparannya, membahas mengenai Relationship Between Hongkong and Indonesia (Hubungan antara Hongkong dan Indonesia).
Prof. Tanigaki mengatakan, dirinya memang memfokuskan kajian mengenai Hongkong. Menurutnya, hubungan antara Indonesia dan Hongkong sangat kuat, lebih kuat daripada Indonesia dan Jepang.
Dirinya menjelaskan, orang Indonesia jumlahnya semakin banyak di Hongkong, di mana mereka kebanyakan bekerja sebagai asisten rumah tangga. Hal inilah yang menyebabkan perempuan Hongkong memiliki kesempatan lebih besar untuk mengaktualisasikan diri.
“Kesan tenaga migran Indonesia sangat baik di Hongkong. Mengapa demikian, karena mereka taat pada majikan, sabar, rajin, dan mampu menguasai bahasa Kanton. Biasanya para pekerja migran ini sebelum dikirim ke Hongkong, terlebih dulu mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak penyalur tenaga kerja selama tiga bulan. Akibat kesan baik ini, anak-anak di Hongkong cenderung lebih dekat dengan asisten rumah tangga yang merupakan pekerja migran asal Indonesia, daripada dengan ibunya,” jelasnya.
Namun menurutnya, cerita tentang pekerja migran Indonesia di Hongkong tidak selamanya baik. Ada juga kisah-kisah kelam kekerasan terhadap pekerja migran Indonesia di Hongkong.
Prof. Tanigaki menjelaskan, Hongkong sendiri lahir pada tahun 1842, setelah Perjanjian Nanking. Hongkong menjadi sebuah pelabuhan bebas, dengan aktivitas ekonomi yang sibuk. Prof. Tanigaki mengatakan, jauh sebelum hubungan karena adanya pekerja migran Indonesia di Hongkong, Indonesia dan wilayah Asia Tenggara lainnya telah memiliki hubungan dengan Hongkong.
Kata dia, orang-orang Tionghoa yang bermigrasi dari Cina ke Asia Tenggara khususnya Indonesia, pada peralihan orde lama ke orde baru, banyak yang memutuskan untuk kembali ke Cina, karena terkendala dengan kewarganegaraan, di mana tidak bisa berkewarganegaraan ganda.
Etnis Tionghoa yang kembali ke Cina ini kemudian mengalami kesulitan, karena tidak diterima di Cina, sehingga mereka memutuskan untuk pindah ke Hongkong. Dirinya pun menyebutkan sejumlah publik figur di Hongkong yang merupakan keturunan etnis Tionghoa di Indonesia, seperti aktor film Lo Lieh yang lahir di Pematang Siantar pada 29 Juni 1939, tokoh ikon budaya, Melvis (Kwok Lam-sang) yang lahir di Jakarta pada 2 Februari 1952 dari keluarga etnis Tionghoa di Indonesia, yang pada 1967 pindah ke Cina dan pada 1974 pidah ke Hongkong.
Selanjutnya, ada pebulutangkis tunggal putra Hongkong Angus Ng Ka Long yang berasal dari keturunan etnis Tionghoa di Indonesia, kemudian Vincent Wong Wing Ki, pebulutangkis tunggal putra Hongkong yang kini menjadi pelatih bulutangkis, merupakan keturunan etnis Tionghoa di Indonesia. JEF